Kanal Fakta / Berita / Pemerintahan

Composite 3 Jadi Alarm BPRSCM, Direksi Baru Fokus Tekan NPF dan Perkuat Likuiditas

Keuangan - 2025-10-27 20:36:00
Ditulis Oleh : Redaksi

Gedung tampak depan BPRS Cilegon Mandiri di Kel. Sukmajaya (Doc. Ist)

CILEGON — Dua pekan setelah resmi menjabat, Direktur Utama Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri (BPRSCM), M. Yoka Desthuraka, mulai melakukan pembenahan terhadap kondisi keuangan bank yang masih menghadapi tantangan besar. Salah satunya, tingkat kesehatan bank yang saat ini berada pada peringkat komposit (composite) 3, atau kategori cukup sehat.

“Untuk kondisi sekarang, kalau di BPRS itu tingkat composite itu tiga. Itu cukup sehat, nah ini memang dalam perhatian. Jadi kalau tingkat composite 3 itu cukup sehat. Kalau 2 itu sehat, 1 sangat sehat. Kita harapannya menjadi satu,” katanya saat ditemui di Kantor Wali Kota Cilegon, Senin (27/10/2025).

Peringkat komposit bank merupakan hasil penilaian terhadap tingkat kesehatan bank berdasarkan sejumlah faktor, seperti profil risiko, tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance), rentabilitas, dan permodalan.

Meski baru menjabat, Yoka menilai menjaga stabilitas keuangan BPRSCM di tengah kondisi yang masih merugi bukanlah perkara mudah.

“Karena kalau turun satu tingkat, itu menjadi perhatian khusus. Ini yang menjadi perhatian, harus kita jaga. Tidak mudah melihat neraca BPRS dengan kondisi seperti ini,” ujarnya.

Salah satu persoalan terbesar yang dihadapi BPRSCM adalah tingginya tingkat pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF), yang masih berada di atas 20 persen.

“NPF sendiri sangat tinggi di atas kisaran 20 persenan. Saya tidak mau presisi nilainya, karena NPF ini fluktuatif. Mudah-mudahan akhir bulan ini tekan bulan ini bisa turun,” tuturnya.

Dalam mengatasi hal tersebut, Yoka menegaskan bahwa pendekatan pembinaan terhadap nasabah bermasalah menjadi strategi utama bank.

“Karena di syariah tidak kenal kredit, tetapi pembiayaan. Memang ini sifatnya pembinaan. Nasabah yang terjadi kesalahan ataupun gangguan di bisnisnya itu kita bina lagi,” ucapnya.

Yoka mematok tahun 2026 sebagai periode awal perbaikan performa bank, terutama dalam upaya menekan angka NPF. Ia menyebut, tahun 2025 masih menjadi masa bertahan bagi BPRSCM untuk memulihkan keuangan dan likuiditas.

“Tetapi target pribadi saya, tahun pertama itu harus mulai perbaikan. Termasuk menekan NPF. Itu wajib. Karena 2025 ini, kita bisa dibilang masih bertahan. Memang yang paling cepat dipulihkan funding. Kalau funding ini tidak seperti pembiayaan, karena pembiayaan butuh analisa,” ungkapnya.

Menurutnya, kepercayaan masyarakat menjadi kunci utama pemulihan BPRSCM.

“Ini yang paling penting, itu yang kita kedepankan. Koreksi itu. Supaya likuiditas bagus, cash ratio-nya baik, nah itu yang paling penting,” katanya.

Sebagai langkah awal, pihaknya akan memperkuat pendanaan dan memanfaatkan captive market internal untuk menjaga kestabilan pembiayaan.

“Ke depan kita harapannya melakukan pembiayaan, dan memang masalah yang sudah ada, kita petakan sebaik mungkin. Pembiayaan yang sudah ada bisa berjalan baik-baik saja. Kita manfaatkan captive market tadi, yang ranahnya masuk ke pembiayaan di internal dahulu,” pungkasnya.

Meski menghadapi kondisi rugi, Yoka menegaskan bahwa situasi tersebut bukanlah hambatan, melainkan motivasi untuk memperbaiki kinerja BPRSCM ke depan.

“Kita memahami BPRSCM saat ini sedang merugi, merugi karena banyak kendala. Ini bukan menjadi halangan, bukan menjadi obstacle, tapi menjadi tantangan buat kita,” ujarnya. (MJ/red)

flash info
Download Gambar